Salah satu keampuhan ilmu ini, orang jahat atau yang bermaksud jahat, jika ditoel (colek) saja bisa jatuh.
SUATU ketika, seorang saudagar cengkeh yang sangat kaya tertimpa musibah. Seluruh hasil penjualan cengkehnya dirampok. Setelah kejadian tersebut, datanglah seorang lelaki yang membantu untuk menangkap perampok tersebut. Melalui ilmu yang dimilikinya, dalam waktu tidak terlalu lama, para kawanan perampok itu dengan cepat dapat diringkusnya.
Tertarik dengan kepandaian yang dimiliki sang penolong, akhirnya bergurulah saudagar tersebut. Sang penolong itu tidak lain adalah KH M Saki Abdusyukur, guru besar Ilmu Al-Hikmah dari Desa Cisoka, Tigaraksa, Tanggerang.
Cerita serupa juga pernah dialami oleh Wirta, salah seorang pengamal ilmu ini. Suatu hari, dia didatangi seorang tamu yang tak dikenal. Sebagaimana biasanya masyarakat Indonesia, jika ada tamu maka berjabat tangan adalah hal yang lazim. Tetapi, ada keanehan yang justru terjadi. Ketika dia menjabat tangan tamunya itu, sang tamu malah jatuh tersungkur di hadapannya. Dia sempat terbengong-bengong dengan peristiwa itu.
Akhirnya dia paham, kalau ternyata sang tamu itu mungkin telah berniat jahat terhadap dirinya. Hal ini diketahuinya dari tubuh sang tamu yang membawa sebilah golok yang diselipkan di dalam bajunya.
“Alhamdulillah. Pertolongan Allah telah datang tanpa sepengetahuan kita,” ungkap Wirta.
Ikhwan (sebutan bagi pengamal ilmu Al-Hikmah) lainnya, Hermawan, juga punya cerita menarik. Hari itu, dia tengah berhadapan dengan tiga orang begundal bersenjata tajam. Merasa keadaan tidak menguntungkan, maka dia pun Cuma bisa pasrah. Dalam hatinya, apapun yang akan terjadi dia serahkan kepada Yang Kuasa saja.
Tiba-tiba, salah satu dari kawanan preman itu hendak menghunjamkan sebilah belati ke arah tubuh Hermawan. Namun, peristiwa aneh itu pun terjadi. Pisau yang hendak ditusukkan ke perutnya itu tidak dapat menyentuh kulit Hermawan. Beberapa saat lamanya tangan si preman seolah tak dapat menekan senjatanya. Diam terkaku.
“Melihat kejadian itu, ketiga orang itu lari tunggang-langgang,” kata Hermawan yang tak henti-hentinya mengucap syukur dan kagum dengan ilmu yang dimilikinya itu.
Itulah antara lain kehebatan Ilmu Al-Hikmah yang sampai saat ini masih terus berkembang di tengah-tengah masyarakat Indonesia bahkan hingga ke luar negeri seperti Singapura dan Malaysia.
Dari Seorang Polisi Bernama M Thoha
Menurut berbagai catatan, KH M Syaki belajar ilmu itu pertama kali kepada seorang polisi bernama Mohammad Thoha pada tahun 1939. Saat itu para pemuda memang tengah giat-giatnya belajar bela diri seperti silat, kung fu, tenaga dalam dan sebagainya untuk melindungi diri dan keluarga dari kondisi yang masih genting terutama untuk melawan penjajah.
Sebenarnya, pada awalnya ilmu itu belum ada nama seperti dikenal saat ini. Setelah Abah Syaki, begitu ia kerap disapa, menguasai ilmu itu dan bisa menurunkan kepada siapa saja, maka ia menamainya dengan sebutan Ilmu Al-Hikmah. Dalam kurun waktu beberapa tahun, Abah Syaki pun mengembangkan ilmu tersebut di daerah Tanggerang dan sekitarnya. Hingga akhirnya Ilmu Al-Hikmah ini memasuki daerah Jakarta pada 1950 yang dikembangkan melalui Yayasan Al-Hikmah yang diketuai oleh AS Chanafie dan selanjutnya berkantor pusat di Jakarta.
Sebagaimana dilansir Buana Minggu (22 Februari 1981), Abah Syaki menuturkan bahwa Ilmu Al-Hikmah ini lebih cenderung sebagai ilmu bela diri bertahan. Sedagkan ilmu lainnya lebih banyak menyerang atau sama sekali tidak dicampur-adukkan dengan ilmu-ilmu lainnya.
“Kalau, toh, ada yang memakai ilmu semacam Al-Hikmah ini dan telah dicampur-adukkan dengan ilmu lainnya, maka itu di luar tanggung jawab Yayasan Al-Hikmah,” kata Abah Syaki.
Menggunakan Otot-otot Perut
Kekuatan Ilmu Al-Hikmah ini berasal dari asma Allah dan do’a-do’a yang diwiridkan setiap sehabis sholat lima waktu. Selain itu, cara pengolahan atau membangkitkan keampuhannya cukup menggunakan otot-otot perut dibarengi dengan rasa pasrah diri kepada Tuhan YME.
“Dalam bela diri ini tidak memerlukan bentrokan fisik, tetapi cukup menggunakan otot-otot perut yang dikencangkan (di-press) sewaktu berhadapan dengan musuh. Insya Allah mereka yang akan berbuat jahat terpental,” kata Ajibakar Yunus, salah seorang guru Ilmu Al-Hikmah yang berdomisili di Curup, Rejang Lebong, Bengkulu.
Ajibakar menambahkan, masih banyak lagi manfaat belajar Ilmu Al-Hikmah. Selain untuk perlindungan diri secara fisik, ilmu ini juga melindungi kita dari serangan sihir, hipnotis bahkan racun.
“Seandainya kita disuguhi minuman atau makanan beracun, maka ketika kita akan menyentuh piring atau gelas tersebut, maka wadah itu akan pecah seketika,” kata lelaki berdarah Lintang Empat Lawang yang berprofesi sebagai pengacara itu. FRANKY