Selasa, 07 Juli 2009

Menyibak Kehebatan Ilmu Al-Hikmah

Salah satu keampuhan ilmu ini, orang jahat atau yang bermaksud jahat, jika ditoel (colek) saja bisa jatuh.

SUATU ketika, seorang saudagar cengkeh yang sangat kaya tertimpa musibah. Seluruh hasil penjualan cengkehnya dirampok. Setelah kejadian tersebut, datanglah seorang lelaki yang membantu untuk menangkap perampok tersebut. Melalui ilmu yang dimilikinya, dalam waktu tidak terlalu lama, para kawanan perampok itu dengan cepat dapat diringkusnya.
Tertarik dengan kepandaian yang dimiliki sang penolong, akhirnya bergurulah saudagar tersebut. Sang penolong itu tidak lain adalah KH M Saki Abdusyukur, guru besar Ilmu Al-Hikmah dari Desa Cisoka, Tigaraksa, Tanggerang.
Cerita serupa juga pernah dialami oleh Wirta, salah seorang pengamal ilmu ini. Suatu hari, dia didatangi seorang tamu yang tak dikenal. Sebagaimana biasanya masyarakat Indonesia, jika ada tamu maka berjabat tangan adalah hal yang lazim. Tetapi, ada keanehan yang justru terjadi. Ketika dia menjabat tangan tamunya itu, sang tamu malah jatuh tersungkur di hadapannya. Dia sempat terbengong-bengong dengan peristiwa itu.
Akhirnya dia paham, kalau ternyata sang tamu itu mungkin telah berniat jahat terhadap dirinya. Hal ini diketahuinya dari tubuh sang tamu yang membawa sebilah golok yang diselipkan di dalam bajunya.
“Alhamdulillah. Pertolongan Allah telah datang tanpa sepengetahuan kita,” ungkap Wirta.
Ikhwan (sebutan bagi pengamal ilmu Al-Hikmah) lainnya, Hermawan, juga punya cerita menarik. Hari itu, dia tengah berhadapan dengan tiga orang begundal bersenjata tajam. Merasa keadaan tidak menguntungkan, maka dia pun Cuma bisa pasrah. Dalam hatinya, apapun yang akan terjadi dia serahkan kepada Yang Kuasa saja.
Tiba-tiba, salah satu dari kawanan preman itu hendak menghunjamkan sebilah belati ke arah tubuh Hermawan. Namun, peristiwa aneh itu pun terjadi. Pisau yang hendak ditusukkan ke perutnya itu tidak dapat menyentuh kulit Hermawan. Beberapa saat lamanya tangan si preman seolah tak dapat menekan senjatanya. Diam terkaku.
“Melihat kejadian itu, ketiga orang itu lari tunggang-langgang,” kata Hermawan yang tak henti-hentinya mengucap syukur dan kagum dengan ilmu yang dimilikinya itu.
Itulah antara lain kehebatan Ilmu Al-Hikmah yang sampai saat ini masih terus berkembang di tengah-tengah masyarakat Indonesia bahkan hingga ke luar negeri seperti Singapura dan Malaysia.

Dari Seorang Polisi Bernama M Thoha
Menurut berbagai catatan, KH M Syaki belajar ilmu itu pertama kali kepada seorang polisi bernama Mohammad Thoha pada tahun 1939. Saat itu para pemuda memang tengah giat-giatnya belajar bela diri seperti silat, kung fu, tenaga dalam dan sebagainya untuk melindungi diri dan keluarga dari kondisi yang masih genting terutama untuk melawan penjajah.
Sebenarnya, pada awalnya ilmu itu belum ada nama seperti dikenal saat ini. Setelah Abah Syaki, begitu ia kerap disapa, menguasai ilmu itu dan bisa menurunkan kepada siapa saja, maka ia menamainya dengan sebutan Ilmu Al-Hikmah. Dalam kurun waktu beberapa tahun, Abah Syaki pun mengembangkan ilmu tersebut di daerah Tanggerang dan sekitarnya. Hingga akhirnya Ilmu Al-Hikmah ini memasuki daerah Jakarta pada 1950 yang dikembangkan melalui Yayasan Al-Hikmah yang diketuai oleh AS Chanafie dan selanjutnya berkantor pusat di Jakarta.
Sebagaimana dilansir Buana Minggu (22 Februari 1981), Abah Syaki menuturkan bahwa Ilmu Al-Hikmah ini lebih cenderung sebagai ilmu bela diri bertahan. Sedagkan ilmu lainnya lebih banyak menyerang atau sama sekali tidak dicampur-adukkan dengan ilmu-ilmu lainnya.
“Kalau, toh, ada yang memakai ilmu semacam Al-Hikmah ini dan telah dicampur-adukkan dengan ilmu lainnya, maka itu di luar tanggung jawab Yayasan Al-Hikmah,” kata Abah Syaki.

Menggunakan Otot-otot Perut
Kekuatan Ilmu Al-Hikmah ini berasal dari asma Allah dan do’a-do’a yang diwiridkan setiap sehabis sholat lima waktu. Selain itu, cara pengolahan atau membangkitkan keampuhannya cukup menggunakan otot-otot perut dibarengi dengan rasa pasrah diri kepada Tuhan YME.
“Dalam bela diri ini tidak memerlukan bentrokan fisik, tetapi cukup menggunakan otot-otot perut yang dikencangkan (di-press) sewaktu berhadapan dengan musuh. Insya Allah mereka yang akan berbuat jahat terpental,” kata Ajibakar Yunus, salah seorang guru Ilmu Al-Hikmah yang berdomisili di Curup, Rejang Lebong, Bengkulu.
Ajibakar menambahkan, masih banyak lagi manfaat belajar Ilmu Al-Hikmah. Selain untuk perlindungan diri secara fisik, ilmu ini juga melindungi kita dari serangan sihir, hipnotis bahkan racun.
“Seandainya kita disuguhi minuman atau makanan beracun, maka ketika kita akan menyentuh piring atau gelas tersebut, maka wadah itu akan pecah seketika,” kata lelaki berdarah Lintang Empat Lawang yang berprofesi sebagai pengacara itu. FRANKY

Takut Celaka, Anak Kandung Dijual

Jika tak dijual, konon, di kemudian hari, orang tua akan mendapat celaka.

ADIO Herlino terlihat cukup asyik memainkan kunci motor. Tangannya yang belum begitu kuat untuk menggenggam seolah berusaha keras memegang agar tidak jatuh. Digigitnya, lalu dikeluarkannya lagi dari mulut mungilnya. Air liur putra pertama seorang lelaki berprofesi sebagai wartawan itu tak henti-hentinya membasahi kunci tersebut. Jika dilarang, bocah yang wajahnya sangat mirip dengan ayahnya itu terlihat sangat gusar dan tak segan-segan langsung menangis. Tapi, hari itu, bocah berusia kurang lebih 1 tahun itu terlihat begitu bahagia, karena tidak ada yang melarangnya bermain kunci.
Tetapi, siapa menyangka kalau ternyata bocah lucu itu telah dijual oleh orang tua kandungnya beberapa waktu lalu. Lebih parah lagi, Heri, sang ayah ternyata telah menjualnya seharga Rp1000.
“Dia ini telah saya jual dengan ayuk (kakak) saya seribu rupiah,” kata Heri, santai, seolah tak punya beban.
Apa??? Seribu rupiah??? Apakah sang ayah sudah gila? Bolehkah orang tua dilaporkan dan diproses secara hokum? Tapi, nanti dulu!
Menurut kepercayaan adat, jika seorang anak lelaki dilahirkan ternyata mirip dengan rupa sang ayah, maka anak tersebut harus ‘dijual’ kepada orang lain. Begitu pula jika bayi yang dilahirkan tersebut berkelamin perempuan dan mirip dengan wajah sang ibu, maka dia harus dijual. Kalau tidak, maka dipercaya akan selalu terjadi pertentangan antara anak dan orang tua. Sehingga bisa menimbulkan ketidakcocokkan sepanjang masa di kemudian hari nanti. Bahkan lebih ekstrem lagi, salah satu antara anak dan orang tua ada yang lebih dahulu meninggal pada usia muda.
Istilah ‘menjual’ di sini tidak sama dengan perdagangan anak sebagaimana diatur oleh undang-undang. Menjual secara adat maksudnya secara simbolis saja. Sementara, setelah ‘dijual’, sang anak tetap diasuh dan dibesarkan oleh orang tua kandungnya.
“Tapi, kalau dia mau nikah nanti, maka yang menjadi walinya adalah orang tempat kita menjual anak tadi. Misalnya, saya menjual anak saya dengan kakak kandung saya. Maka, saat dia mau nikah nanti, yang jadi walinya adalah kakak kandung saya itu,” kata Jimi Carter, orang tua lainnya yang juga telah ‘menjual’ anak keduanya. FRANKY

ABG Curup Dibawa ke Alam Gaib

Lelaki misterius itu mengaku sebagai Pak RT. Anehnya, saat dia mengajakku pergi, malam itu, aku mau saja ikut dengannya.

SHINTA kelihatan masih sedikit bengong saat wrtawan manyambangi rumahnya siang itu. ABG belasan tahun itu Cuma senyum-senyum saja saat wartawan menanyakan peristiwa yang baru saja dialaminya Januari silam. Sebenarnya dia enggan menceritakan kisah berbau mistis itu. Tapi, untunglah, Ibu dan kakaknya, Widya, ternyata mau membuka cerita aneh yang mengundang kontroversi itu.
Ceritanya, waktu itu sekitar jam 21.30 WIB. Shinta, baru saja pulang dari rumah temannya yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Rumah Shinta sendiri terletak di Kelurahan Pelabuhan Baru Kota Curup, atau lebih dikenal dengan kawasan Pasar Atas Curup. Waktu dia baru saja duduk di kursi ruang tengah, tiba-tiba, ada bunyi orang mengetuk pintu rumahnya. Ibunya yang kebetulan belum tidur lalu membuka pintu. Di hadapan pintu itu berdiri seorang lelaki berpakian layaknya tukang ronda malam.
“Tapi, dia mengaku ketua RT. Jadi, saya tidak terlalu takut,” kata Ibu Shinta.
Tanpa basa-basi, lelaki yang tidak dikenalnya itu pun langsung marah-marah dan memaki-maki Shinta. Dia mengatakan kalau Shinta telah berbuat kurang senonoh di lingkungannya. Katanya, Shinta telah melakukan perbuatan asusila. Mendengar tudingan itu, kontan saja Shinta dan Ibunya membela diri. Karena dia merasa tidak mungkin anaknya yang masih duduk di bangku SMP itu melakukan perbuatan tidak terpuji.
“Anak saya ini tidak pernah macam-macam. Saya tahu persis itu,” kata sang Ibu.
Tapi, nampaknya, lelaki misterius mengaku sebagai RT itu tetap bersikukuh untuk membawa Shinta ke suatu tempat. Alasannya utnuk menyelesaikan persoalan itu. Tapi, anehnya lagi, dia tidak mengizinkan keluarga Shinta yang lainnya untuk ikut.
“Nggak mungkin saya mau ngapa-ngapain anak ibu ini. Saya bawa sebentar saja, biar masalahnya selesai,” kata sang Ibu menirukan perkataan lelaki itu.
Merasa tidak bersalah, akhirnya Shinta pun meyakinkan ibu dan kakaknya untuk mengikuti ajakan lelaki itu. Hingga akhirnya Shinta dan lelaki itu meninggalkan rumah. Entah mengapa, selang beberapa menit mereka pergi, sang ibu dan Widia, kakak Shinta, memutuskan untuk menyusul mereka dari belakang. Dari kejauhan, Widia masih melihat langkah kedua orang itu. Tetapi, anehnya, saat Shinta dan lelaki itu melewati tikungan kelam tidak jauh dari rumahnya, Widia dan ibunya kehilangan jejak. Kedua orang yang diikutinya itu seolah raib ditelan malam. Sampai-sampai Widia mengetuk pintu rumah teman Shinta yang berada di dekat tikungan itu.
“Tapi, pas saya tanya, ada Shinta, nggak? Pemilik rumah itu mengaku tidak ada orang bertandang ke rumahnya dari tadi,” kenang Widia.
Mendengar jawaban seperti itu, Widia dan Ibunya semakin panik. Hingga akhirnya mereka pun mencarinya ke mana-mana. Kurang lebih satu jam mereka kehilangan Shinta.

Dibawa ke sebuah rumah
Di tengah kepanikan pihak keluarga, malam itu, di bawah rinai hujan gerimis, ternyata Shinta tengah berjalan menyusuri kawasan Pasar Atas. Menurut pengakuan Shinta, saat itu dia hanya berjalan mengikuti lelaki itu. Tidak ada sepatah kata pun yang mereka perbincangkan di sepanjang perjalanan. Hingga tanpa terasa mereka pun tiba di sebuah rumah yang tidak Shinta kenal. Di rumah itu dihuni oleh sepasang suami istri. Saat itu, entah mengapa, seolah telah akrab, istri penghuni rumah itu pun menasihati Shinta.
“Kamu jangan suka marah-marah lagi .Nanti berakibat tidak baik bagi diri kamu,” kata Widia menirukan nasihat perempuan penghuni rumah itu.
Tidak berapa lama, dari rumah itu Shinta pun kembali di ajak menuju kawasan samping asrama polisi pasar atas, tidak jauh dari simpang TPR. Di situlah, akhirnya Shinta berpisah dengan lelaki yang mengajaknya tadi. Lelaki itu mengatakan kalau dirinya akan ke arah Pasar Atas untuk menyelesaikan persoalan Shinta tadi.
“Setelah itu, kami berpisah. Saya menuju arah jalan Gedung PBSI, dia menuju ke arah Pasar Atas. Setelah itu, saya langsung pulang menuju rumah,” kata Shinta.
Sampai di rumah, waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB. Melihat, kemunculan Shinta, pihak keluarga yang sedari tadi panik merasa lega. Sejak malam itu, selama tiga hari Shinta lebih banyak berdiam diri. Dia nampak tertekan. Dia tidak pernah menceritakan peristiwa ganjil itu kepada siapapun termasuk keluarganya.
Siapakah sebenarnya orang-orang yang ditemui Shinta malam itu? Ke manakah sebenarnya malam itu Shinta dibawa? JONI/JAMIE

Misteri Malim Bagus di Puncak Bukit Kaba

Sejumlah orang mengaku telah bertemu dengan Malim Bagus, raja jin muslim penguasa bukit ini. Benarkah?

KABUPATEN Rejang Lebong, menurut kepercayaan masyarakatnya, banyak terdapat tempat keramat yang angker. Namun, dari sekian banyak tempat, kabarnya hanya Bukit Kaba yang berpenghuni makhluk gaib paling banyak. Menurut cerita yang berkembang di tengah masyarakat, syahdan ada sembilan raja makhluk halus yang bertahta di tempat ini. Adapun nama-nama yang cukup popular ditengah masyarakat di antaranya: Malim Bagus yang bertahta di puncak bukit, Elang Berantai yang juga berkuasa di puncak bukit, dan Putri Saudari Kandang yang memiliki kekuasaan di kaki bukit.
Sehingga tak diragukan lagi, kalau Bukit Kaba disebut-sebut sebagai tempat paling angker di kabupaten berudara sejuk ini.
Dengan bentuk alam yang begitu indah, suhu yang sejuk dan perjalanan yang tak begitu sulit, maka banyak sekali orang berkunjung ke tempat ini. Tujuan pengunjung pun bermacam-macam, mulai dari penelitian, wisata, bahkan semedi atau ritual tertentu yang berhubungan dengan hal gaib.
Untuk yang terakhir ini biasanya ada beberapa larangan yang harus ditaati para pengunjung. Biasanya bagi mereka yang sudah ‘mengerti’ saat menginjakkan kaki di daerah ini selalu menyampaikan salam ke penguasa gaib Bukit Kaba. Selanjutnya, mereka tidak dibenarkan berkata sombong apalagi melakukan perbuatan tidak senonoh. Menurut masayarakat setempat, hal ini tidak lain agar terhindar dari mara bahaya.
Konon, Malim Bagus adalah raja jin muslim yang mempunyai perkampungan yang masyarakatnya memakai jubah putih kekuningan layaknya seperti seorang kyai.
Cerita tentang keberadaan Malim Bagus ini ternyata bukanlah sekadar isapan jempol belaka. Beberapa orang dikabarkan pernah bertemu bahkan bertatap muka secara langsung dengan penguasa Bukit Kaba itu.
Syafewi, misalnya. Pria yang sehari-harinya berprofesi sebagai guru SMA di Curup ini, ketika tengah berwisata ke Bukit Kaba, mengaku pernah bertemu dengan Malim Bagus. Bahkan saat itu dia merasa tengah bercakap-cakap langsung dengan sosok legendaries Bukit Kaba itu.
“Saat saya sedang ngobrol, saya tidak menyangka kalau ternyata teman saya tidak melihat lawan bicara saya tadi. Dia hanya bengong,” cerita guru biologi ini.
Cerita serupa juga dialami Siregar. Lelaki asal Medan ini juga mengaku pernah bertemu langsung dengan Malim Bagus. Dia juga sempat berbincang-bincang seperti dialami Syafewi.
“Tetapi, tidak lama kemudia, sosok misterius itu raib dari hadapan saya,” kata Siregar.

Ngalab Berkah
Melihat banyaknya cerita mistis yang berkembang di masyarakat, akhirnya tempat ini kerap disambangi orang. Bahkan, mereka tidak segan-segan ngalab berkah alias mengadu peruntungan dengan melakukan semacam ritual di tempat itu. Mulai dari minta nomor togel sampai ke hal lainnya.
Pernah, beberapa tahun silam, tiga orang warga lereng bukit mendatangi tempat tersebut untuk melakukan ritual. Tujuannya agar diberi nomor jitu. Saat itu sedang marak-maraknya SDSB. Singkat cerita Toyib, bukan nama sebenarnya, bersama kedua temannya itu memulai ritual. Mereka membakar kemenyan dan mempersiapkan sesaji untuk persembahan. Tidak lama kemudian mereka pun tertidur dan bermimpi. Di dalam mimpinya, mereka didatangi Malim Bagus. Tetapi, alih-alih mendapat nomor jitu malah mereka dimarahi dan disuruh meninggalkan tempat itu secepatnya. Intinya, mereka tidak diperkenankan untuk meminta hal-hal yang dilarang agama Islam di tempat itu.
“Sang Kyai menyarankan kami agar segera pulang. Sebab, kata Kyai itu, Bukit Kaba bukannya tempay untuk minta kekayaan. Kalau tidak bahaya akan menjemput,” kata Toyib menirukan ucapan sang kyai.
Selain cerita Malim Bagus, ada juga cerita menarik lainnya yakni Putri Saudari Kandang. Menurut cerita, ratusan tahun silam, putri dari bangsa siluman ini pernah mau menikah dengan seorang pemuda dari Curup. Tapi, di saat akan naik pelaminan, ternyata yang nampak hanya pengantin lelakinya saja. Mempelai wanitanya tak nampak sama sekali. Padahal, menurut sang pemuda, mempelai wanitanya justru berada tepat disampingnya. Hal ini jelas membuat para pengunjung dan keluarga pengantin menjadi bertanya-tanya dengan kondisi sang pengantin lelaki. Bahkan ada yang beranggapan si pengantin sudah tidak waras lagi.
Akhirnya, batallah pernikahan tersebut. Melihat kejadian itu, pemuda Curup itu merasa malu dan jengkel. Sebab, tperistiwa itu telah menjadi buah bibir masyarakat.
Karena tidak tahan terus-menerus diejek, konon, akhirnya Putri Saudari Kandang mengutuk orang Curup. Dalam ucapannya dikatakan jika masayarakat Dusun Curup berkunjung ke Bukit Kaba, maka akan celaka.
Hingga saat ini kepercayaan itu tumbuh dan mengakar di benak masayarakat Dusun Curup. Mereka memang merasa cukup takut dengan cerita itu. Hal ini terlihat dari mereka yang merasa asli penduduk Dusun Curup tidak berani berkunjung ke Bukit Kaba. Mereka takut terkena kutukan. FRANKY